Bab
I
Pendahuluan
Pendidikan
islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional,
hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu
memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus
mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah tergambar secara
intergratif (utuh) dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. Islam pun telah
menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam
perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syariat
islam. Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman
atas tujuan penciptaan manusia itu sendiri, baik dilakukan secara individual
maupun kolektif.
Aspek
keimanan dan keyakinan menjadi landasan akidah yang mengakar dan integral,
serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk berpandangan ke depan,
optimistis, sungguh –sungguh, dan kesadaran. Aspek syariat telah menyumbangkan
berbagai kaidah dan norma yang dapat mengatur perilaku dan hubungan manusia.
Aspek penghambaan merupakan perilaku seseorang manusia yang berupaya mewujudkan
seluruh gambaran, sasaran, norma, dan perintah syariat tersebut. Pendidikan
merupakan sarana pengembangan kepribadian manusia agar seluruh aspek di atas
menjelma dalam sebuah harmoni dan saling menyempurnakan. Lewat penjelmaan itu,
seluruh potensi manusia dipadukan dan dicurahkan demi mencapai suatu tujuan.
Segala upaya, perilaku, dan getar perasaan, senantiasa bertitik tolak dari
tujuan tersebut.
A.
Garis
Besar Isi Buku
Judul buku yang di
dapat adalah “Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat”. Isi yang
terdapat dalam buku tersebut adalah lebih menonjolkan tentang perkembangan
psikologis anak yang “tersisih”. Bagaimana caranya agar seorang anak tidak
terlena dengan kemanjaannya yang telah diberikan oleh orang tuanya, dalam buku
ini menjelaskan bahwa fenomena pendidikan seperti itu dapat dikaitkan dengan
akibat-akibat yang dihasilkan oleh kejahatan modern, seperti penggunaan
obat-obat terlarang dan minuman keras, serta munculnya berbagai kejahatan dan
penyimpangan seksual, seperti yang kerap terjadi di beberapa negara Eropa dan
sejumlah negara bagian Amerika. Jika kenyataanya demikian, adakah penyia-nyiaan
yang lebih tragis daripada melahirkan anak-anak yang tidak jelas asal-usulnya
dan memiliki kepribadian menyimpang? Kondisi seperti itu merupakan bencana
zaman sekarang. Sistem pendidikan modern sangat berpengaruh pada sistem
pendidikan di Indonesia, dahulu sistem pendidikan di Indonesia lebih memegang sistem
pendidikan Islam namun karena adanya transformasi kurikulum akhirnya sekolah-sekolah
memilih untuk memakai sistem pendidikan modern. Karena budaya kita berbeda dengan
budaya barat maka dari itu dijelaskan adanya manfaat, dampak dan solusi sistem
pendidikan modern. Tidak hanya itu saja, Masalah-masalah pendidikan sempat
meruncing dalam kehidupan kita akan tetapi dalam buku ini lebih merinci tentang
masalah-masalah pendidikan.
B.
Permasalahan
Inti
Masalah yang terdapat
di dalam Bab I adalah pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam menjalani
kehidupan dimana pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki
tujuan, sasaran, dan target. Pendidik yang sejati dan mutlak
adalah Allah SWT. Dialah pencipta fitrah, pemberi bakat, pembuat berbagai
sunnah perkembangan, peningkatan, dan interaksi fitrah sebagaimana Dia pun
mensyariatkan aturan guna mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan, dan
kebahagiaan fitrah tersebut.
Pendidik
menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan
dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang membawa anak
dari suatu Perkembangan ke perkembangan lainnya. Peran seorang pendidik harus
sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakannya. Artinya, pendidik harus mampu
mengikuti syariat agama Allah.
Jadi akar pendidik kita
Artinya, seluruh tabiat manusia harus menunjukan tabiat beragama. Kemudian
adanya hubungan antara Islam dan pendidikan. Sebelum kita mengenal tentang
pendidikan, kita wajib mengikuti arahan untuk mengerti dahulu apa itu arti
Islam dalam Ilmu Kependidikan. Islam merupakan sistem Ilahi dan dengan sistem
itulah Allah menentukan berbagai syariat. Allah menjadikan Islam sebagai sistem
yang sempurna dan mencakup seluruh sistem kehidupan. Hanya Islamlah yang
mendapat keridhaan Allah dalam hubungan manusia dengan Penciptanya, dengan
semesta, makhluk-makhlul lain, dunia-akhirat, masyarakat, istri, suami, dan
lain-lain sehingga seluruh ikatan yang dibutuhkan akan teratur . Islam
merupakan sistem yang didasarkan atas ketundukan dan penghambaan kepada Allah
serta memegang teguh segala hal yang datang dari Rasullulah saw. Ternyata Islam
telah memberi metode pendidikan yang sempurna kepada umat manusia. Mulai dari
sumber, landasan, metode, sarana, sejarah hingga berbagai persoalan yang kerap
melanda umat manusia. Tentu saja kita sandarkan pada konsepsi yang telah
ditentukan dalam Al-Qur’an.
Pendidikan Islam sangat
memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada
pemelukan dan pengaplikasian Islam secara komprehensif. Agar penganutnya mampu
memikul amanat yang dikehendaki Allah, pendidikan Islam harus kita maknai secara
rinci. Karena itu, keberadaan referensi atau sumber pendidkan Islam harus
merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah, maka
dari itu pembahasan yang ke dua dalam buku ini menjelaskan tentang sumber-sumber
pendidikan Islam. Al-Qur’an dan Pendidikan ada hubungannya bahwa Al-Qur’an
mengawali konsep pendidikannya dari hal yang sifatnya konkret, seperti hujan,
angin, tumbuh-tumbuhan, guntur, atau kilat menuju hal yang abstrak, seperti
keberadaan, kebesaran, kekuasaan dan berbagai sifat kesempurnaan Allah. Lewat
metode Qur’ani, ketika kita berulang-ulang memberikan suatu materi, kita akan
merasakan bahwa metode tersebut berhasil mempengaruhi emosi yang dilengkapi
pengalaman perilaku sehingga dalam diri seseorang tumbuhlah kesiapan emosi yang
jika sewaktu-waktu materi yang bersangkutan disentuh, emosi tersebut akan
kembali muncul. Tidak hanya Al-Qur’an yang ditonjolkan dalam pembahasan ini
As-sunnah juga menjadi tolak ukur dalam dunia pendidikan, As-sunnah memiliki
dua manfaat pokok. Manfaat pertama, As-Sunnah mampu mejelaskan konsep dan
kesempatan pendidikan Islam sesuai dengan konsep Al-Qur’an serta lebih merinci
penjelasan Al-Qur’an. Kedua, As-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam
penentuan metode pendidikan.
Pendidikan tidak akan
berjalan jika tidak manusia, oleh sebab itu dalam pembahasan berikutnya lebih
menekankan tentang manusia, semesta, dan kehidupan. Islam memiliki objek
keyakinan yang jelas karena disajikan secara memuaskan lewat Al-Qur’an yang
dengannya, manusia akan menyaksikan realitas sebagai bahan perenungan serta
mengantarkan manusia pada pengetahuan tentang kekuasaan dan keesaan Allah
sesuai dengan tabiat psikologis dan fitrah keagamaan manusia. Mengingat begitu
pentingnya kedudukan pendidikan dalam hidup manusia, hendaknya pembahasan
masalah tersebut menjadi salah satu seruan yang dapat meninggalkan dampak
praktis bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sehingga
dalam melakukan kegiatannya, mereka memegang teguh manhaj pendidikan islam.
Islam menampilkan manusia dengan hakikatnya, menjelaskan asal-usulnya,
keistimewaannya, tugasnya, hubungannya dengan alam semesta, atau kesiapannya
untuk menerima kebaikan dan keburukan.
Karena terdorong oleh
kerakusan naluriah, sebagian orang melakukan sesuatu tanpa mengenal atau
memahami sasaran yang dituju oleh perilakunya. Artinya, orang tersebut
menjadikan dorongan naluriah sebagai landasan perbuatannya. Maka dari itu
setelah menjelaskan tentang manusia menyambung pada sasaran dan tujuan
pendidikan Islam. Sasaran itu sendiri adalah tujuan yang digambarkan oleh
manusia dan diletakan di depannya sehingga dia mengatur segala perilakunya
untuk mewujudkan tujuan tersebut. Selain itu juga dalam pembahasan ini
materinya lebih condong dalam menjelaskan perbedaan pendidikan Barat dan
pendidikan Islam.
Setiap program besar
tentu memiliki berbagai sarana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan
program tersebut. Pembangunan gedung misalnya. Dalam pembangunan itu tentu kita
memiliki mesin-mesin besar, tenaga arsitek, material dasar, dan para pekerja.
Demikian pula dengan program pendidikan yang ditujukan untuk menjadikan umat
islam sebagai umat terbaik. Pendidikan Islam pun memiliki berbagai sarana
material yang diwujudkan dalam bentuk media pendidikan, misalnya masjid,
sekolah, perlengkapan belajar mengajar, dan guru-guru yang kompeten dalam
bidangnya masing-masing. Selain itu, pendidikan Islam pun memiliki sarana
penunjang yang lebih berhubungan dengan metode-metode yang bersifat psikologis
seperti pelajaran lewat cerita. Pembahasan yang terakhir mengenai masalah dalam
metode pendidikan Islam, mendidik itu tidak hanya mengajar dengan sistem
pendidikan biasa namun dalam pembahasan kali ini lebih mengedepankan metode
pendidikan Islam.
Bab
II
Intisari
Buku
I
KONSEPSI
ISLAM TENTANG PENDIDIKAN
A.
Pendidikan
Islam Merupakan Solusi
Kata pembuka dia atas
telah mengatakan bahwa akibat sikap serba boleh dan pemanjaan dari orang tua,
banyak anak di bawah usia baligh terjerumus pada pergaulan yang mengabaikan pengendalian
syahwat dan naluri. Pemberi andil yang cukup banyak dalam kesia-siaan tersebut
adalah metode pendidikan Barat yang tampaknya telah menjadi kiblat pendidikan
kita. Karena itu, tidak ada jalan lain kecuali mecari pengganti metode sesat
tersebut.
1.
Pengertian
Tarbiah
Jika kita merujuk kamus
bahasa Arab, kita akan menemukan tiga akar kata untuk istilah tarbiah. Pertama,
raba-yarbu yang artinya “bertambah
dan berkembang”, kedua rabiya-yarba
adalah :tumbuh dan berkembang”, ketiga rabba-yarubbu
adalah memperbaiki.
Tarbiyah yang makna lengkapnya adalah
menumbuhkan perilaku demi perilaku secara bertahap hingga mencapai batasan
kesempurnaan.
Kita dapat menyimpulkan bahwa
Pendidikan merupakan
kegiatan yang betul-betul memiliki tujuan, sasaran, dan target.
Pendidik
yang sejati dan mutlak adalah Allah SWT. Dialah pencipta fitrah, pemberi bakat,
pembuat berbagai sunnah perkembangan, peningkatan, dan interkadi fitrah
sebagaimana Dia pun mensyariatkan aturan guna mewujudkan kesempurnaan,
kemaslahatan, dan kebahagiaan fitrah tersebut.
Pendidik
menuntut terwujudnya program berjenjang melalui penigkatan kegiatan pendidikan
dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang membawa anak
dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya.
Peran seorang pendidik harus
sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakannya. Artinya, pendidik harus mampu
mengikuti syariat agama Allah.
Jadi akar pendidik kita Artinya, seluruh
tabiat manusia harus menunjukan tabiat beragama.
2.
Pengertian
Islam
Menurut
pemakaian bahasa, Islam berarti berserah diri kepada Allah. Hal itu dipertegas
oleh firman Allah berikut ini :
“Maka, apakah mereka mencari agama
yang lain dan agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang
din langit dan di bumi, baik dengn suka maupun terpaksa dan hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan.” (Ali Imran: 83)
Islam
merupakan sistem Illahi dan dengan sistem itulah Allah menentukan berbagai
syariat. Allah menjadikan Islam sebagai sistem yang sempurna dan mencakup
seluruh sistem kehidupan. Hanya Islamlah yang mendapat keridhaan Allah dalam
hubungan manusia dengan Penciptanya, dengan semesta, makhluk-makhluk lain,
dunia-akhirat, masyarakat, istri, suami, dan lain-lain sehingga seluruh ikatan
yang dibutuhkan akan teratur . Islam merupakan sistem yang didasarkan atas
ketundukan dan penghambaan kepada Allah serta memegang teguh segala hal yang
datang dari Rasullulah saw.
B.
Hubungan
antara Islam dan Pendidikan
1.
Pendidikan
Islam: Kewajiban Umat Islam
Pendidikan Islam
merupakan amanat yang harus dikenalkan oleh suatu generasi ke generasi
berikutnya, terutama dari orang tua atau pendidik kepada anak-anak dan
murid-muridnya. Dan kecelakaanlah yang akan menimpa orang yang mengkhianati
amanat itu.
Pendidikan Islam mengantarkan manusia
pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah.
2.
Pendidikan
Islam : Tuntutan Duniawi dan Ukhrawi
Islam adalah manhaj
Rabbani yang sempurna, tidak membunuh fitrah manusia, dan diturunkan untuk
membentuk pribadi yang sempurna dalam diri manusia. Artinya, pendidikan Islam dapat
membentuk pribadi yang mampu mewujudkan keadilan illahi dalam komunitas manusia
serta mampu mendaya-gunakan potensi alam dengan pemakaian yang adil. Jika kita
membandingkan dua karakter pendidikan tersebut, ternyata pendidikan Islamlah
yang dewasa ini sangat dibutuhkan umat manusia. Melalui pendidikan Islam, dalam
diri kita akan tertanam pemuliaan dan penghargaan terhadap manusia walaupun
banyak tantangan yang harus dihadapai sebagaimana dijelaskan oleh Allah dan
firman-Nya ini :
Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah,
benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari
padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan
bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (al-Munafiqun: 8)
II
SUMBER-SUMBER
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Al-Qur’an:
Sumber Pendidikan Islam dan Sahabat
Kehidupan Rasullulah,
baik dalam kondisi damai maupun perang, ketika dirumah maupun di luar rumah,
atau berada di tengah kaumnya dibuktikan oleh perkataan Aisyah bahwa akhlak
beliau adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an telah memberikan pengaruh dan kesan yang
mendalam hingga kaum muslimin lupa pada puisi. Padahal sebelumnya mereka adalah
kelompok masyarakat yang paling menyukai puisi, perdukunan, dongeng-dongeng
Persia dan Arab sehingga melupakan ilmu hikmah.
B.
Al-Qur’an
Sumber yang Edukatif
Kelebihan
Al-Qur’an, diantaranya, terletak pada metode yang menakjubkan dan unik sehingga
dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, Al-Qu’ran mampu
menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah, serta
mengimani hari akhir. Penurunan Al-Qur’an yang dimulai dengan aya-ayat yang
mengandung konsep pendidikan dapat menunjukan bahwa tujuan Al-Qur’an yang terpenting
adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar serta sarat dengan
kegiatan meneliti, membaca, mempelajari dan observasi ilmiah terhadap manusia
sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam rahim ibu sebagaimana
firman Allah :
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (al-Al’aq:
1-5)
C.
As-Sunnah:
Teladan Pendidikan Islam
Setelah Al-Quran,
Pendidikan Islam menjadikan As-Sunnah sebagai dasar dan sumber kurikulumnya.
Secara harfiah, sunnah berarti ‘jalan, metode, dan program’. Dalam dunia
pendidikan, As-Sunnah memiliki dua manfaat pokok. Manfaat pertama, As-Sunnah
mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikann Islam sesuai dengan
konsep Al-Qur’an. Kedua, As-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan
metode pendidikan. Misalnya, kita dapat menjadikan kehidupan Rasullulah saw.
Dengan para sahabat atau pun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan.
III
DASAR-DASAR
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Manusia
Menurut Pandangan Islam
Menurut pandangan ilmu psikologi,
pandangan manusia terhadap dirinya sangat mempengaruhi pendidikannya. Lantas,
bagaimana pandanga Islam tentang manusia ?
Kesalah
pahaman tentang manusia senangtiasa melingkupi manusia sejak manusia menempati
bumi ini. Bisa jadi, kesalahpahaman itu cenderung pada hal–hal yang berlebihan,
msalnya manusia menganggap dirinya sebagai wujud terhebat dan terbesar di alam
semesta ini. Di satu sisi manusia menyerukan pandangan seperti itu, di sisi
lain manusia memperbudakan dirinya dengan egoisme, kecongkakan, dan ketakaburan
sebagaimana seruan kaum “Aad ini : “......Siapakah yang lebih besar kekuatannya
daripada kami...” (Fushsilat : 15)
serta seruan Fir’aun kepada kaumnya ini : “......Hai pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui Tuhan bagimu selain aku.....”
(al – Qashas : 38).
Sikap
berlebihan lainnya adalah kecenderungan manusia pada penempatan diri pada
kehinaan dan kerendahan. Lalu manusia menundukan kepala di depan setiap pohon,
batu, sungai, gunung, atau binatang. Mereka tidak melihat adanya keselamatan
kecuali dengan bersujud kepada matahari, bulan, bintang, api, atau benda lain
yang dianggap mengandung kekuatan atau kemampuan untuk memberikan manfaat
kepada mereka.
Islam
menampilkan manusia sesuai dengan hakikatnya, menjelaskan asal-usulnya, keistimewaannya,
tugasnya, hubungannya dengan alam semesta, atau kesiapannya untuk menerima
kebaikan dan keburukan.
1.
Hakikat
Manusia dan Asal-usul pencipataanya
Hakikat manusia
bersumber pada dua asal. Pertama ashal al
ba’id (asal yang jauh), yaitu penciptaan pertama dari tanah yang kemudian
Allah menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian ruh-Nya. Kedua, ashal
al-qarib (asal yang dekat) yaitu penciptaan manusia dan nutfah. Untuk
menjelaskan kedua asal tersebut, Allah SWT berfirman:
“Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik – baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (as-Sajdah: 7-9).
2.
ManusiaMakhluk
yang Dimuliakan
Islam tidak
memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan, atau tidak berharga seperti
binatang, benda mati, atau makhluk lainnya. Untuk itu, Allah SWT berfirman:
“Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (al-Isra:
70)
“Apakah
kamu tiada melihat bahwasannya Allah menundukan bagimu apa yang ada di bumi dan
bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya....” (al-Hajj: 65)
Allah
telah menganugerahi manusia dengan kemampuan yang dengannya manusia dapat
menguasai semesta yang telah dipertunjukan Allah bagi manusia. Artinya, Allah
melarang manusia menghinakan diri kepada semesta ini.
3.
Manusia:
Makhluk Istemewa dan Terpilih
Salah satu anugerah
yang diberikan Allah kepada manusia adalah menjadikan manusia mampu membedakan
kebaikan dari kejahatan atau kedurhakaan dari ketakwaan. Ke dalam naluri
manusia, Allah menanamkan kesiapan dan kehendak untuk melakukan kebaikan atau
keburukan sehingga manusia mampu memilih jalan yang mengantarkannya pada
kebaikan dan kebahagiaan atau jalan yang menjerumuskannya pada kebinasaan.
Dengan jelas Allah menyebutkan bahwa dalam hidupnya, manusia harus berupaya
menyucikan, mengembangkan, dan meninggikan diri agar manusia terangkat dalam
keutamaan. Allah SWT berfirman:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ
خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Dan jiwa serta penyempurnaannnya
(ciptaannya), maka Allah meilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.
Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” (asy-Syams:
7-10)
Untuk
orang-orang yang memilih jalan kedurhakaan, Allah meratakan mereka sekaligus
kotanya dengan tanah.
4.
Manusia
: Makhluk yang Dapat Dididik
Allah telah membekali
manusia dengan kemampuan untuk belajar mengetahui sebagaimana firman-Nya ini :
“Bacalah
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (al’alaq:
3 dan 5)
Sarana
pendidikan lain yang dimiliki manusia adalah bahasa, kemampuan untuk
mengeluarkan gagasan, dan kemampuan untuk menulis. Keberadaan sarana pendidikan
tersebut ditegaskan dalam firman Allah berikut:
“(Tuhan)
Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia,
mengajarnya pandai berbicara.” (ar-Rahman:
1-4)
Melalui
berpikir dan belajar, diharapkan, manusia mampu mempelajari dan memahami
syariat-syariat Allah. Lebih jelasnya lagi, Allah SWT berfirman:
“Ya
Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka aya-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka
Al-Kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka.
Sesungguhnya, Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (al-Baqarah: 129).
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah
telah menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai sarana untuk merenung,
tafakur, berpikir jernih, serta meneliti alam semesta ini. Kemudian dengan akal
dan hatinya, manusia mengolah alam ini untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan. Kita dididik secara ilmiah melalui berpikir, observasi,
diskusi, hingga penyimpulan sampai akhirnya kita dapat meraih ilmu pengetahuan
dan menghasilkan sesuatu. Jika demikian, sangatlah terasa penyia-nyiaan kita
terhadap fungsi pendengaran, penglihatan, dan hati sehingga yang asalnya umat
Islam menjadi pemimpin atau umat lainnya, kini kita harus menyaksikan kemajuan
orang lain.
5.
Tanggung
Jawab Manusia
Islam bukan hanya
memuliakan, mengunggulkan, dan mengistimewakan manusia atas makhluk lainnya.
Sejalan dengan itu, Islampun memberikan tanggung jawab yang disertai balasan
sepadan. Islam membebani manusia dengan tanggung jawab penerapan syariat Allah
dan perwujudan penghambaan kepada-Nya. Padahal, makhluk makhluk lain tidak
bersedia memikul tanggung jawab tersebut Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zhalim dan amat bodoh sehingga Allah mengazab orang-orang munafik
lak-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan permpuan; dan
sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Ahzab: 72-73)
6.
Ibadah
kepada Allah: Tugas Tertinggi Manusia
Seluruh
tugas manusia dalam hidup ini, berakumulasi pada tanggung jawabnya untuk
beribadah dan mengesakan Allah sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya
ini:
“Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (adz-dzariyat: 56)
“Dan
sesungguhnya, masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorang pun didalamnya, di samping (menyembah) Allah.” (al-Jinn: 18)
B.
Masalah-masalah Pendidikan
1.
Pemeliharaan
Agama
Allah
SWT memuliakan Islam, karenanya Dia tidak rela jika umat lain menindas
kehidupan seorang muslin. Dia pun tidak menghendaki Negara Islam hanya namanya
saja tanpa berupaya menerapkan syariat Islam atau memberikan perlindungan
kepada paham ateis, kemurtadan, kekafiran. Jika negara yang seperti itu
menanamkan dirinya sebagai negara Islam, itu merupakan kebohongan belaka dan
dusta besar sebab perlindungan atau toleransi terhadap paham-paham non-Islam
merupakan pemerkosaan terhadap kehormatan agama Islam serta mempermainkan
keyakinan manusia.
Sehubungan
dengan konsep-konsep tersebut, di bawah ini terdapat beberapa firman Allah:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ
كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Dialah
yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama
yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang yang
musyrik tidak menyukai.” (at-Taubah:
33)
“....Maka
perangailah pemimpin-pemimpin orang –orang kafir itu
karena
sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya,
agar supaya mereka berhenti.” (at-Taubah:
12)
Pemahaman terhadap masalah-masalah di atas
dapat melahirkan generasi yang siap memerangi musuh-musuh Allah dalam rangka
mempertahankan agama, akidah, kebanggaan terhadap syariat, ketinggian panji
islam, keistimewaan umat Islam, dan persaudaraan jihad di jalan Allah. Dengan
begitu, tidak akan pernah lahir generasi yang menganggap sepele masalah-masalah
fiqih Islam ketika menyusun program atau kurikulum pengajaran. Selain itu, bagi
mereka pun, jihad merupakan titik puncak keislaman dan tidak akan pernah
terbesit niat untuk berdamai dengan agresor.
2.
Pemeliharaan
Diri
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zhalim, maka seseungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan terhadap ahli warisnya, tetapi jangalah ahli waris itu
melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang mendapat
pertolongan.” (al-Isra:
33)
Kasus
pembunuhan pertama digambarkan Allah lewat kisah anak Adam yang membunuh
saudaranya yang kemudian dengan firman-Nya ini :
“Oleh karena itu Kami tetapkan
(suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia
bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya....” (al-Maidah:
32)
Sehubungan
dengan pembunuhan, Allah mengharamkan bunuh diri seperti yang tercantum dalam
firman-Nya ini :
“....Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah Maha
penyayang kepadamu.” (an-Nisa:
29)
Melalui kajian fiqih Islam, terutama
tentang hudud yang terkait dengan masalah hukum pembunuhan, diyat, dan qishas.
Pemahaman atau masalah tersebut akan menanamkan rasa hormat terhadap nyawa dan
diri, serta menjauhkan pikiran kita dari kebencian, kejahatan, dan lain-lan. Lewat
ini pun akan tertanam keadilan dan sikap kensekuensi terhadap segala yang dia
kerjakan.
3.
Pemeliharaan
Materi
Harta adalah titipan Allah.
Penitipan tersebut memiliki maksud yang jelas, yaitu agar dari harta tersebut
dikeluarkan zakat sesuai batasannya. Selain itu, seluruh harta harus
dikembangkan melauli yang ma;ruf atau sesuai syariat, tidak digukanan secara
berlebihan, tidak dibelanjakan untuk hal-hal yang dapat merusak akhlak, atau
menyia-nyiakan dengan memberikan harta tersbut kepada orang-orang bodoh yang
tidak memahami nilai dan cara penggunannya. Untuk itu, Allah SWT berfirman:
“Dan
janganlah kamu serahkan kepada orang orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan....” (an-Nisa:
5)
Dari ayat tersebut kita menemukan bahwa
Allah memandang harta anak yatim yang belum sempurna akalnya sebagi milik umat.
Melalui harta tersebut, berbagai urusan umat dan kehidupan perekonomiannya akan
terlancarkan. Dengan demikian, anak yatim yang akalnya belum sempurna tidak
diperbolehkan mengatur dan menjalankan kekayaan. Dari gambaran tersebut dapat
kita simpulkan bhawa Islam sangat berhati-hati dalam urusan harta titipan Allah
ini. Untuk anak yatim pun demikian hati-hati, apalagi jika harta itu diberikan
kepada orang-orang yang memerangi Allah, Rasul-Nya, dan umat Islam.
Melalui fiqih, Islam sangat respek mengatur
harta kekayaan yang berkaitan dengan jual-beli, sewa-menyewa, dan berbagai
bentuk mu’amalah lainnya. Misalnya, dengan rinci, Islam menjelaskan tentang
hukum riba, mulai dari jenis hingga hal-hal yang mirip dengan riba. Dengan
begitu, syariat akan membiaskan berbagai manfaat pendidikan sehingga
terciptalah pelajar yang bersikap ekonomis atau takut kepada Allah dalam hal
yang berhubungan dengan harta. Harta, tidak memubazirkan harta, serta
menghormati harta yang Allah titipkan kepada orang lain. Syariat Islam pun
telah mendidik manusia untuk menghormati pekerjaan, usaha yang halal, dan
mensyariatkan pewarisan kepada anak, baik kecil maupun besar, baik kecil maupun
besar.
4.
Pemeliharaan
Akal
Allah sangat memuji-hamba-Nya yang berakal dan menggunakan
akalnya untuk berpiki sebagaimana firman-Nya in :
“....Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal..” (Taha: 128)
5. Pemeliharaan Kehormatan, Keturunan,
dan Nasab
Islam sangat memelihara hubungan perkawinan dari pengkhianatan
atau penghinaan apa pun yang bersumber dari istri maupun suami. Islam
menjadikan hukuman mati melalui rajam bagi pihak yang nyata-nyata terbukti
berdasarkan emapat orang saksi telah berkhianat.
C.
Peranan Akidah Islam dalam Pendidikan Awal
Akidah
adalah konsep-konsep yang diimani manusia sehingga seluruh perbuatan dan
perilakunya bersumber pada konsepsi tersebut Akidah Islam dijabarkan melalui
rukun-rukun iman dan berbagai cabangnya seperti tauhid uluhiyah atau penjauhan
diri dari perbuatan syirik. Akidah Islam pun diakaitkan pada keimanan atas yang
gaib, rasul, kitab-kitab, malaikat, dan hari akhir. Dengan demikian, keimanan
merupakan landasan akidah, bahkan dihajaikan sebagai sosok guru utama untuk
bangunan pendidikan Islam. Untuk memahami itu semua, kita mesti memamhami
hakikat keimanan tersebut beserta urgensi yang dikandungnya.
1.
Keimanan:
Salah Satu Landasan Pendidikan
Keimanan
yang benar meruapakan landasan yang kokoh bagi konsep pendidikan yang mantap dan hasilnya
berkualitas tinggi. Sistem pendidikan yang berpijak pada dasar-dasar keimanan
akan mendatangkan hasil yang lebih berkualitas, lahir maupun batin, jika
dibandingkan dengan sistem pendidikan yang hanya mementingkan segi lahiria,
tanpa landasan keimanan. Karena sistem pendidikan yang tidak berlandaskan pada
keimanan tidak memeliki alur dan tujuan yang jelas. Artinya, pendidikan
tersebut dapat tampil bersama-sama stan atau, lain waktu, tampil bersama-sama
penguasa.
IV
SASARAN DAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
SASARAN DAN TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
A. Islam dan tujuan Pendidikan Barat
Pendidikan Islam adalah
satu-satunya konsep pendidikan yang menjadikan makna dan tujuan pendidikan
lebih tinggi sehingga mampu mengarahkan manusia pada visi ideal dan menjauhkan
manusia dari ketergelinciran serta penyimpangan. Artinya, Islam akan akan
berhasil mewujudkan tujuan pendidikan yang selama ini menjadi obsesi tokoh
pendidikan Barat.
B. Keutamaan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam tampil melalui
tujuan yang sarat dengan konsepsi ketuhanan. Suatu konsep yang berhubungan
dengan ketuhanan memiliki berbagai keutamaan, yaitu :
Bersumber pada kesempurnaan Ilahi
sehingga sifat pendidikannya pun sempurna. Kesempurnaan itu meliputi seluruh
aspek kehidupan. Dengan demikian, pendidikan Islam mampu menjauhkan manusia
dari kekurangan dan mengarahkan mereka pada berbagai keutamaan dan kebaikan,
baik manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
C. Pengetahuan Agama: Bekal Mewujudkan
Pendidikan Islam
Pengetahuan agama dapat diperoleh
dari pendidikan agama yang diadakan di sekolah-sekolah melalui pelajaran
Al-Qur’an, tauhid, hadits, fiqih, tafsir, kebudayaan Islam, dan lain-lain.
V
MEDIA
PENDIDIKAN ISLAM
A. Masjid dan Pengaruhnya terhadap
Pendidikan
1.
Fungsi
Edukatif Masjid
Pada awal penyebaran Islam, masjid
memiliki fungsi mulia yang bisa jadi sekarang ini mulai terlupakan. Pada zaman
itu, masjid digunakan sebagai markas besar tentara dan pusat gerakan pembebasan
umat dari penghambaan kepada manusia, berhala atau taghut. Masjid pun digunakan
sebagai pusat pendidikan yang mengajak manusia pada keutamaan, kecintaan pada
pengetahuan, kesadaran sosial, serta pengetahuan mengenai hak dan kewajiban
mereka terhadap negara Islam yang pada dasarnya didirikan untuk mewujudkan
ketaatan kepada syariat, keadilan, dan rahmat Allah.
2.
Dampak
Edukatif dan Sosial Masjid
Pemanfaatan masjid yang seperti itu
akan mendidik manusia untuk mengaitkan segala persoalan hidup pada ikata karena
Allah dan bersumber pada pendidikan Islam yang Universal, yaitu pengahambaan
diri pada kepada Allah. Sebelum sekolah sekolah bermetode modern tersebar
seperti sekarang, anak-anak memperlajarai Al-Qur’an melalui pengenalan kalimat
B. Rumah dan Pengaruhnya Terhadap
Pendidikan
“Menikahlah,
berketurunanlah, niscaya kamu menjadi banyak. Karena aku akan merasa bangga
olehmu di hadapan umat lain padas hari kiamat.”
Hadist
diatas mengisyaratkatn kewajiban rumah tangga muslim dalam mendidik
putra-putrinya melalui pendidik yang dapat mewujudkan tujuan Islam dan itu
terpatri dalam jiwa mereka. Kebanggaan akan umat ini hanya terletak dari
lahirnya keturunan yang saleh. Tanggung jawab itu di atas pundak para orang tua
sehingga anak-anak terhindar dari kerugian, keburukan, dan api nereka yang
senantiasa menantikan manusia-manusia yang jauh dari Allah. Allah SWT telah
mengisyaratkan hal itu melalui firman-Nya ini :
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu....” (at-Tahrim:
6)
Pada
zaman sekarang ini, tanggung jawab tersebut menjadi semakin penting mengingat
banyaknya sendiri kehidupan sosial yang melenceng dar tujuan pendidikan, khsusunya
tujuan pendidikan Islam, baik itu berupa pengaruh dari media masa, tayangan
radio dan televisi, atau tempat-tempat yang dilegalisasi untuk pelecehan
seksual. Jika para orang tua tidak siaga dan waspada, berarti mereka telah
menyerahkan putra-putrinya pada genggaman setan dan pengikutnya.
C. Sekolah dan Pengaruhnya terhadap
Pendidikan
1. Pentingnya Sebuah Sekolah
Dalam
perkembangannya, sekolah-sekolah baru dapat didirikan seperti sekarang setelah
melampaui periode yang cukup panjang. Pengetahuan awal seseorang anak bermula
dari orang tua dan masyarakat yang secara tidak langsung memberi berbagai
pengetahuan dasar, walaupun tidak sistematis. Pengetahuan ini diperoleh anak
melalui berbagai cara, diantaranya melalui peniruan, pengulangan, atau
pembiasaaan. Namun, peran agama tetap utama dan istimewa karena bagaimana pun
segala penyerapan pengetahuan pada diri anak harus tetap berpedoman pada konsep
pendidikan yang bertujuan menghambakan diri kepada Allah dan memiliki materi
atau perilaku yang membawa manusia pada penyerahan diri terhadap syariat Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya seerta dipelihara dan diamalkan oleh generasi
sesudahnya.
2. Sekolah Zaman Modern
a.
Sejarah
Sekolah Modern
Terselenggaranya sekolah-sekolah
modern, seperti yang kita lihat dewasa ini, lebih disebabkan oleh adanya
perubahan sistem kehidupan politik. Artinya, negara merasa perlu mengurus
rakyat dan memandang dirinya bertanggung jawab terhadap seluruh masalah pangan,
sumber rezeki, kekayaan, kecenderungan politik, dan organisasi kemasyarakatan
yang berkaitan dengan keamanan, kestabilan, perwujudan kemerdekaan, kemuliaan
para pejabat negara, serta kehormatan negara itu sendiri di mata negara lain. Seluruh
persoalan tersebut ditumpukan pada pendidikan dan pengajaran sehingga mereka
mendefinisikan bahwa pendidikan dapat mengembangkan dan menambah harta.
b.
Manfaat
Sekolah Modern
Dalam
konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media realisasi pendidikan
berdasarkan tujuan pemikiran, akidah, dan syariat demi terwujudnya penghambaaan
diri kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat
atau potensi manusia sesuai fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai
penyimpangan.
Dalam hal ini, tugas lembaga
pendidikan adalah menyaring buku-buku yang akan dijadikan referensi oleh anak
didiknya. Lembaga harus berpegang teguh pada niat untuk membersihkan dan
menyucikan akidah anak-nak dari berbagai kotoran. Dengan demikian memperkarya
pengalaman siswa dengan ajaran dan akidah tauhid merupakan fungsi utama suatu
lembaga pendidikan. Dan tradisi dan ilmu lainnya, harus menjadikan tradisi
Ilahi ini sebagai acuan dan kalau pun kita mengambilnya, kita harus menjadikan
ilmu tersebut sebagai pengokoh keberadaan Islam di muka bumi. Berdasarkan
kepentingan itulah maka kita memperluas pengalaman ilmiah siswa dalam bidang
fisika, kimia, astronomi, meteorologi, geografi, matematika dan lain-lain.
D. Pendidikan yang Islami
1. Tugas Seorang Pendidik
“Ya
Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka
Al-Kitab (Al-Qur’an) dann Al-Hikmah (A-Sunnah) serta menyucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksan.” (al-Baqarah: 129)
Keutamaan
profesi guru sangatlah besar sehingga Allah menjadikannya sebagai tugas yang
diemban Rasulullah saw, sebagaimana diisyaratkan lewat firman-Nya ini:
“Sungguh, Allah telah memberi
karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka
seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali
Imran: 164)
Dari
gambaran ayat-ayat di atas, guru memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
Fungsi penyucian : artinya
seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemeliharaan diri, pengembang,
serta pemeliharaan fitrah manusia.
Fungsi pengajaran :
artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai
keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Sifat dan Syarat Seorang Pendidik
Seorang
pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. Dengan begitu, ketika kita
harus memberikan latihan yang berulang-ulang kepada anak didiknya, dia
melakukannya dengan kesadaran bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang
berbeda. Dengan begitu, dia tergesa-gesa dan memaksakan keinginannya kepada
siswa serta ingin segera melihat hasil karyanya berupa siswa yang pintar dan
siap pakai tanpa memperhatikan kedalaman ajaran serta pengaruhnya dalam diri
siswa. Bisa saja, akibat ketergesaan itu, siswa belum merasa puas atau
pengetahuan yang dia peroleh belum berpengaruh dalam pengendalian emosinya
sehingga ketika dia terjun ke masyarakat, mereka belum mampu mempraktikan
ilmunya.
E. Tanggung Jawab Masyarakat dalam
Pendidikan
Tanggung
jawab masyarakat terhadap pendidikan anak-anak menjelma beberapa perkara dan
cara yang dipandang merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama. Cara
yang terpenting adalah Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan
dan pelarang kemunkaran sebagaimana diisyaratkan Allah. Dampak pendidikan dari
masyarakat muslim terhadap individu-individu yang tidak menaati perintah Islam
sehingga mereka merasakan dunia ini menjadi sempit. Tetapi, bagaimanapun,
pemboikotan atau pengisolasian masyarakat itu harus bertujuan mewujudkan
masyarakat yang berupaya meraih keridhaan Allah.
F. Karaterisrik Kurikulum Pendidikan
Islam
1. Karakteristik Kurikulum Islam
Pada
dasarnya, pendidikan Islam menuntut hadirnya kurikulum yang dibangun di atas
landasan konsep Islam tentang alam semesta kehidupan, dan manusia. Kurikulum
Islami harus memilliki sistem pengajaran dan materi selaras dengan fitrah
manusia serta bertujuan untuk menyucikan manusia, memeliharanya dari
penyimpangan, dan menjaga keselamtan fitrah manusia sebagaimana diisyaratkan
hadits qudsi berikut ini :
“Hamba-hambaku dicipatkan dengan kecenderungan
(pada kebenaran). Lalu setan menyesatkan mereka.”
Sistem
kurikulum Islami harus terbebas dari kontradiksi, mengacu ada kesatuan Islam
dan selaras dengan integritas psikologis yang telah Allah ciptakan untuk manusia serta selaras dengan kesatuan
pengalaman yang hendak diberikan kepada anak didik, baik yang berhubungan
dengan sunnah, kaidah, sistem, maupun realitas alam semesta. Yang penting ,
realitas atau keadaan tersebut tidak menyajikan argumentasi yang
mempertentangkan materi pelajaran yang satu dengan yang lain. Sehingga, antara
ilmu yang satu dengan yang lainnya terdapat kaitan dan keharmonisan yang
mencakup bebrapa topik bagi setiap materi pelajaran untuk sepanjang tahun
ajaran sehingga kurikulum untuk setiap jenjang pendidikan berlandaskan atau
berkaitan dengan kurikulum sebelumnya.
VI
METODE
PENDIDIKAN ISLAM
Pada dasarnya, metode pendidikan islam
sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka
sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan ribu kaum mukminin dapat
membuka hati manusia untuk menerima petunjuk Ilahi dan konsep-konsep peradaban
Islam. Selain metode pendidikan Islam akan mampu menempatkan manusia di atas
luasnya permukaan bumi dan dalam lamanya masa yang tidak diberikan kepada
penghuni bumi lainnya.
Metode yang dianggap yang paling penting
dan paling menonjol adalah
A.
Mendidik
Melalaui Dialog Qur’an dan Nabawi
Bentuk
dialog yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah sangat variatif. Namun, bentuk
yang paling penting adalah dialog khitbah (seruan Allah) dan ta’abbudi
(penghambaan terhadap Allah), dialog deskripsi, dialog naratif, dilaog
argumentatif, serta dialog nabawiah.Kejelasan tentang aspek-aspek dialog
ditunjukan agar setiap pendidikan dapat memetik manfaat dari setiap bentuk
dialog tersebut dan dapat mengembangkan afeksi, penalaran, dan perilaku
ketuhanan
B.
Mendidik
Melalui Kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam
pendidikan Islami, dampak edukatif kisah sulit digantikan oleh bentuk –bentuk
bahasa lainnya. Pada dasarnya, kisah-kisah Al-Qur’an dan Nabawi membiaskan
dampak psikologi dan edukatif yang baik, konstan, dan cenderung mendalam sampai
kapan pun. Pendidikan melalui kisah-kisah tersebut dapat menggiring anak didik
pada kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang mendorong
manusia untuk mengubah perilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan
tuntutan, pengarahan, penyimpulan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah
tersebut.
C.
Mendidik
Melalui Keteladanan
1.
Pentingnya
Sebuah Figur Teladan
Kurikulum
pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang jelas perkembangan
manusia melalui sistematisasi bakat, psikologi, emosi, mental, dan potensi
manusia. Namun, tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum
seperti iu masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang dicontohkan
oleh seorang pendidik melalui perilaku dan metode pendidikan yang dia
perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap berpegang pada landasan, metode,
dan tujuan kurikulum pendidikan.
BAB
III
Penutup
A. Analisis dan Komentar (Kelebihan
dan Kekurangan)
Buku
Pendidikan Islam di rumah sekolah dan masyarakat adalah buku yang memberikan
nuansa baru pada sistem pendidikan, baik itu dalam masalah kurikulum, metode
pendidikan, dan cara mendidik yang baik. Di samping itu ada yang membuat rancu
dalam pembuatan buku ini, yaitu tentang alam semesta menurut pandangan islam,
kehidupan menurut pandangan islam, dasar-dasar peribadahan dan landasan
syariat.
Karena
buku ini lebih menekankan tentang pendidikan jadi seharusnya pembahasan
tersebut lebih baik ditiadakan dalam buku ini, banyak sekali pembahasan yang
menyebrang dalam pembahasan salah satunya, alam semesta menurut pandangan Islam
“ Peredaran matahari dan bulan pada garis
edarnya tidak akan menyimpang dan tidak akan berbeda musimnya. Masing-masing
berjalan menurut sunnah kauniyah yang tela diciptakan Allah dan selaras dengan
ketetapan Allah. Demikian pula dengan gerak kehidupan di bumin, Allah telah
memberi penghidupan yang sesuai dengan kadar dan ketentuan. Dia tidak
menurunkan sesuatu, hujan misalnya, iheal dan bulan-bulan komariah.”. Dan
juga terdapat masalahh bunuh diri yang benar-benar tidak ada kaitanyya dengan
pendidikan. “Melalui kajian fiqih Islam,
terutama tentang hudud yang terkait dengan masalah hukum pembunuhan, diyat, dan
qishas. Pemahaman atau masalah tersebut akan menanamkan rasa hormat terhadap
nyawa dan diri, serta menjauhkan pikiran kita dari kebencian, kejahatan, dan
lain-lan. Lewat ini pun akan tertanam keadilan dan sikap kensekuensi terhadap
segala yang dia kerjakan”. Kelebihan yang terdapat dalam buku ini adalah
menambah wawasan yang sangat luas karena buku ini tidak hanya untuk pendidik
saja tapi untuk peserta didik juga buku ini wajib dibaca. Untuk keseluruhan
buku ini cukup bagus dalam hal penyampaian Pendidikan dalam Islam.
Daftar
Pustaka
Abdurahman, an nahlawi. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan
Masyarakat. Penerbit: gema insani
press.1995